SUNGAILIAT - Beberapa media massa di Kabupaten Bangka kemarin, Rabu (12/10) menyusuri Pantai Rebo.
Mereka berniat investigasi di daerah wisata itu terkait dengan keberadaan Tambang Inkonvensional (TI) apung.
Ditengarai sebanyak belasan bahkan puluhan TI apung sudah merusak terumbu yang ada di laut, sehingga nelayan sedikit mendapatkan hasil tangkap.
Para penambang TI rajuk yang menambang di kawasan wisata Pantai Rebo tersebut diduga berasal Bangka Tengah dan Bangka Barat yang sebelumnya melakukan aktifitas penambangan di kedua daerah itu.
Tak Cuma melakukan penambangan saja yang dilakukan oleh para penambang yang diduga dari Selapan Palembang, akan tetapi mereka juga ikut mendirikan kamp-kamp yang terbuat dari terpal di kawasan Rebo.
Saat Radar Sungailiat menuju daerah pinggir jalan, ternyata terlihat puluhan aktifitas penambangan di TI mini yang menghantam pohon pinus yang terletak di sekitar 100 meter dari bibir pantai.
Padahal seperti yang kita ketahui, daerah kawasan wisata baik itu di darat maupun dekat bibir pantai tidak boleh dilakukan aktifitas penambangan, akan tetapi hal tersebut masih saja dilakukan oleh para penambang demi mendapatkan rupiah.
Bahkan saat Radsul berhasil mewawancarai seorang pekerja TI yang sedang beristirahat, mengatakan kalau mereka bekerja di situ kurang lebih baru berjalan 1 bulan.
Akan tetapi, katanya, walaupun sempat dirazia sebanyak 2 kali tak membuat efek jera bagi mereka karena sebelum razia dilakukan oleh tim gabungan, para penambang sudah mendapat bocoran dari oknum petugas yang ikut merazia.
“Kita diminta oleh petugas untuk stop dulu untuk menambang karena besok akan ada razia, ketika dapat informasi tersebut, hari itu juga kita bongkar mesin dan menyembunyikan mesin guna menghindari petugas gabungan yang melakukan razia," dia mengakui.
Selanjutnya, Radsul menuju Pantai Tikus, terlihat lagi puluhan ponton TI rajuk yang beroperasi di bibir pantai dengan jarak kurang lebih 20 meter dari bibir pantai.
Sehingga membuat air laut yang berada di bibir pantai tersebut terlihat keruh. Tak Cuma itu saja, di kawasan industri smelter Jelitik, di sana terlihat ratusan ponton TI rajuk yang beroperasi.
Para penambang tersebut diduga warga Selapan yang mengungsi ke jelitik setelah sebelumnya sempat diusir secara paksa oleh warga Nelayan II Sungailiat.
Sementara itu Kaling Jelitik Viktor saat dihubungi Radsul terkait warga Selapan yang menetap di lahan milik warga Jelitik, dia membenarkan kalau di lahan milik warganya ada kamp warga Jalur (Palembang), yang terdiri dari anak anak dan ibu.
“Benar ada warga jalur yang sebelumnya membuat kamp di Nelayan II Sungailiat di kampung kita. Mereka terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak. Akan tetapi si pemilik lahan tidak mempersoalkan hal tersebut dan ada penanggung jawabnya kalau mereka berbuat ulah di sini,” ungkapnya. (cr05)
0 komentar:
Posting Komentar