ShareMERAWANG - Sejak pagi rumah Mukhlis (36) warga Desa Pagarawan sudah ramai di serbu warga. Sontak saja, rumah sederhana berdinding papan tersebut heboh riuh rendah. Kondisi rumah Mukhlis menjadi ramai dan tidak seperti biasanya ini bukan karena warga akan melakukan Demo, tapi karena pagi kemarin itu Muklhis dan beberapa temannya baru saja berhasil membawa pulang seekor buaya dari Sungai Desa Pagarawan. Buaya yang di perkirakan berumur lebih kurang 2 tahun tersebut dengan panjang 3M dan berat sekitar 100 Kg pertama kali ditemukan oleh Mukhlis tersangkut di jaring ikan miliknya yang ia pasang sore sebelumnya. Sayang ketika ditemukan Buaya malang ini memang sudah tak bernyawa lagi, hal ini diperkuat dengan tanda meskipun masuk jaring namun jaring milik Muklhis ini masih tetap utuh dan tak ada yang robek sedikit pun.
Karena kasihan Mukhlis pun dan temannya membawa buaya tersebut pulang kerumahnya di Desa Pagarawan, untuk di kuburkan. Namun, ketika Radsul melihat buaya yang sudah mati tersebut di rumah Muklhis, nampak buaya dengan corak coklat kehitam-hitaman masih tergelak di atas sebuah bangku kayu yang sengaja diletakkan di depan sebuah ruko toko kecil tepat disamping rumah Muklis berjarak satu meter dari bibir jalan raya Sungailiat-Pangkalpinang.
Buaya yang sudah mati ini, tak hanya menjadi tontotan warga, tapi tak sedikit juga warga yang usil seperti membuka ingin menggendongnya, bahkan juga ada yang memasukan tangannya ke dalam mulut sang buaya yang sudah tak berkutik lagi itu. Menurut cerita para warga, konon cairan lendir yang ada di dalam mulut buaya tersebut berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit Sango atau pun Sariawan. Warga yang percaya bergantian memasukkan tangan dan jari mereka kedalam mulut sang buaya yang sudah mati itu. Sejumlah pengendara kendaraan yang sedang melintas pun ikut penasaran dan ada yang sengaja memarkirkan kendaraannya untuk sekedar melihat sang buaya, dan tentu saja suasana semakin ramai.
Sementara itu Muklis sendiri kepada Radar Sungailiat mengaku, ketika akan memeriksakan jaring ikannya yang dipasang di Sungai Desa Pagarawan sore sebelumya sekitar pukul 22.00 WIB ia kaget, karena di dalam jaring tersebut ada seekor buaya bukan ikan.
"Sayang ketika ditemukan buaya ini nampaknya memang sudah mati, karena jaring saya tak ada yang robek, akhirnya pagi tadi kami putuskan untuk diangkat kedarat dan di bawa pulang untuk dikuburkan," ungkapnya.
Menurut Muklis, ia yang juga ketua Kelompok Nelayan Sungai Desa Pagarawan sudah hafal luar kepala tentang seluk-beluk Sungai Desa Pagarawan sejak belasan tahun yang silam. Bertemu buaya bukan hal yang baru lagi bagi dia dan kawan-kawannya, bahkan kejadian seperti ini sudah terjadi 3 kali.
"Sebelumnya masih hidup, dan kami kasihan akhirnya kami lepas dan kembalikan lagi ke habitatnya, kalau ditanya apakah saya takut, rasa takut pasti ada, mungkin karena sudah terbiasa saja. Bahkan saya lihat sekarang ini banyak buaya di Sungai Pagarawan ini, tapi masih kecil-kecil paling seukuran lengan manusia, tapi ada juga yang paling besar," ceritanya.
Namun ia berharap buaya yang besar tidak masuk kejaringnya, karena ia tidak mau berurusan dengan hal yang seperti itu, karena sudah setiap hari mencari sumber penghidupan di Sungai.
"Mungkin mereka juga sudah mengenal kami dan menganggap kami sebagai kawannya, makanya mengingat buaya yang satu ini sudah mati, saya akan kuburkan, meskipun dia binatang tapi dia juga layak mendapatkan perlakukan yang baik dan seharusnya kita lakukan,” kata Muklis seraya tertawa geli.
Nelayan tradisional yang mengaku sudah akrab dengan alam ini mungkin ada hewan yang tak suka padanya seperti ikan. Karena nyatanya Muklis setiap hari datang bersama teman-teman nelayan lainnya yang berjumlah 25 orang turun ke sungai hanya untuk menangkap ikan lalu menjualnya. Penghasilan ini digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarga sehari-hari saja.
Muklhis sangat bergantung kepada Sungai Pagarawan berharap tempatnya mengais rejeki itu tak di ganggu dan diusik oleh orang-orang yang memiliki nafsu serakah dan tidak bertanggungjawab, sehingga alur kehidupan di Sungai Desa Pagarawan akan tetap aman, tentram dan alami. Tak hanya bagi Mulkis tapi juga bagi seluruh penghuni Sungai Pagarawan, bapak 3 orang anak ini pun mengaku penghasilan mereka dari mencari ikan di sungai.
"seperti sekarang ini, jumlah tangkapan justru bekurang dari biasanya, ikan sedang tak ada dan susah dicari," kata Muklis.
Tak hanya bergantung pada nasib dan keberuntugan saja, tapi sebagai nelayan tradisonal bersama nelayan lainnya juga terpaksa harus meronggeh kocek yang tidak sedikit bahkan hingga belasan juta untuk membeli jaring atau kapal baru, bila fasilitas yang lama sudah tak memungkinkan untuk digunakan lagi.
"Kalau sudah begini ya kita mau gimana lagi kalau bukan dari kantong sendiri, jujur saja sebenarnya sebagai nelayan tradisional kami akan semakin sulit berkembang dan juga meningkatkan hasil tangkapan. Jika perhatian dari pemerintah juga kurang, kalau bukan dari mereka, dan hanya mengandalkan uang nelayan yang cuma ala kadarnya itu ya tau sendirilah mbak. Oleh karena itu, kedepan atau pun di tahun 2012 ini ada perhatianlah kepada kami, misalnya Kapal, karena kami ingin sekali juga mulai menyeberang kelaut untuk mecari ikan dan mudah-mudahan bisa menambah penghasilan,” harap Muklis yang juga mewakili teman-teman nelayan lainnya. (lya)