This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 17 Januari 2012

Baliho Zaman Diamankan Polisi

ShareBELINYU - Terhadap pengerusakan baliho milik calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Babel yang merupakan pasangan Zaman (Zulkarnain-Darmansyah), oleh pihak Polsek Belinyu telah dilakukan pengamanan terhadap baliho tersebut.
Kapolres Bangka, AKBP Pipit Rismanto, SIK melalui Kapolsek Belinyu Kompol Adam Erwindi, SIK saat dikonfirmasi mengaku selain mengamankan baliho juga telah berkoordinasi dengan Panwaslu Kecamatan Belinyu.
"Baliho yang dirusak sudah kami amankan, untuk sekarang kami sedang menunggu data dari panwaslu dan laporan dari tim suksesnya," jelas Adam, Selasa (17/1) di Mapolres Belinyu.
Menurutnya, pasca diketahuinya pengrusakan pada hari Sabtu (14/1) lalu pihaknya sudah menghubungi panwaslu dan tim sukses pasangan cagub, setelah dilepas oleh tim sukses Zaman dan disaksikan panwaslu baliho yang dicoret dan membuat gambar calon menjadi seperti binatang (maaf-babi) itu langsung diamankan di Mapolsek Belinyu.
Ditambahkan Adam, saat ini pihaknya sedang menunggu dari Panwaslu Belinyu yang sedang memproses permasalahan ini ke tim sukses Zaman dan Panwaslu Kabupaten Bangka. Setelah mendapat limpahan data dan laporan dari Panwaslu Belinyu baru akan diproses lebih lanjut dan akan dilimpahkan ke pihak Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu) Polres Bangka guna proses hukum lebih lanjut.
Adam juga berharap kepada para calon untuk tidak sembarangan tempat memasang spanduk atau baliho karena ada tempat-tempat yang dilarang, selain itu juga untuk perlengkapan seperti kayu yang menopang baliho hendaknya diperhatikan karena jangan menggunakan kayu kecil yang berakibat bisa mudah patah saat cuaca buruk seperti angin kencang.
"Karena kalau atributnya jatuh nanti malahan salah sangka, dikira dirusak orang padahal mungkin tidak kuat tertiup angin karena kayunya kecil," kata Adam.
Sementara itu Ketua Panwaslu Kecamatan Belinyu, Ilyas saat dikonfirmasi Radsul via ponselnya mengaku sudah melakukan pembuatan surat pernyataan yang akan ditandatangani oleh tim sukses yang bersangkutan, setelah itu akan dilaporkan ke pihak Panwaslu Kabupaten Bangka dan akan di teruskan ke pihak Kepolisian dalam hal ini Polsek Belinyu untuk dilakukan proses penyelidikan.
"Kita sedang memproses dan rencananya nanti sore (kemarin-red) jam 4 bertemu dengan tim sesnya Zaman untuk menandatangi surat pernyataan, Setelah itu kita laporkan ke Panwaslu Kabupaten Bangka baru dilimpahkan ke Polsek belinyu untuk penyelidikan lebih lanjut," jelasnya.
Diakuinya, selama menjelang pilkada Babel ini di Kecamatan Belinyu baru ada satu kali laporan pengrusakan baliho calon, pihaknya juga mengingatkan kepada para pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur ataupun tim suksesnya untuk tidak memasang atribut calon pada tempat-tempat yang dilarang seperti pagar sekolah, mesjid, perkarangan rumah yang tidak mendapat izin pemiliknya dan sebagainya. (trh)  

Usai di Papua, TNI Kita Pulang

ShareSUNGAILIAT - Sebanyak 110 personel Satuan tugas (Satgas) Kompi 141/AYJP Bangka kembali ke markas setempat setelah 15 bulan sebelumnya menjalankan tugas pengamanan operasional di perbatasan Papua.
     Komanda Korem (Danrem) Garuda Jaya 045 Babel, Kolonel P Gunung Sarasmoro, saat menerima pasukan Satgas Selasa (17/1), di Sungailiat, memberikan selamat atas kepulangan seluruh pasukan Satgas ke markas Kompi 141 dengan selamat.
     Upacara resmi penyambutan pasukan dimulai dengan tradisi penyiraman air kembang, pengalungan bunga serta minum air kelapa muda pertanda bersyukur atas pulangnya pasukan dari daerah operasi.
     Nampak hadir dalam upacara penyambutan tersebut, jajaran dari Polres Bangka, Kejaksaan Negeri Sungailiat, Pemerintah Kabupaten Bangka serta sejumlah tokoh masyarakat.    Pasukan Satgas yang di Komandoi Kapten Inf. Amin M Said setibanya di markas Kompi disambut suka cita oleh sejumlah anak dan istri prajurit dimana sebelumnya kedatangannya melalui pelabuhan Landasan Angkatan Laut Belinyu mempergunakan kapal KRI dari Pelabuhan Bom Baru Palembang.
    Sementara Komandan Satgas Kompi 141/AYJP Bangka, Amin M Said mengatakan, selama 15 bulan menjalankan tugas diperbatasan Papua Barat bersama 110 personel prajurit, dirinya berhasil mengamankan dua pucuk senjata dari tangan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
     "Mereka memberikan senjatanya dengan sukarela setelah sebelumnya kami berikan pengarahan," katanya.
    Tugas diwilayah perbatasan, katanya memberikan dampak positif dengan menambah pengalaman dalam pengamanan suatu daerah perbatasan.
    Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah organisasi separatisme yang menentang pemerintahan yang sah dengan gerakan makarnya dan berada di wilayah Papua Barat. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini disebut dengan nama Irian Jaya.
     Dikatakan Said, kondisi Kamtimbas di perbatasan sudah mulai konduksif setelah diselenggarakan HUT OPM.
     "Saya bersyukur atas doa masyarakat di seluruh Indonesia umumnya yang telah mendoakan kami sehingga dapat menjalankan tugas negara ini dengan baik sampai pulang kembali bersama keluarga," ujarnya. (*)

Riwayat Rebu Kasan

ShareMERAWANG - Kemarin, salah satu tokoh masyarakat Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka H.Muharam yang merupakan sesepuh adat dan juga tokoh agama  masyarakat Desa Air Anyir usianya sudah 73 tahun. Seiring dengan makin tingginya usia, penyakit pun semakin mulai menggerogoti  tubuhnya yang makin renta di makan usia. Hal inilah yang pada akhirnya membuat ia memilih mundur dan tak lagi  ikut terjun secara langsung dalam setiap acara ritual yang harus dilakukan dalam prosesi adat Rabu kasan sejak tahun 2006  lalu.

Ayah dari 13 orang anak ini, namun yang hidup kini tinggal 10 , 32 cucu dan  15  cicit adalah kelahiran Desa Nibung Bangka Tengah, namun sudah ikut ayahnya pindah ke Desa Air Anyir sejak umur 9 tahun. Meskipun sudah mulai uzur, H.Muharam ketika ditemui Radar Sungailiat pada  Selasa, (17/1) kemarin di rumahnya yang cukup sederhana, namun tetap menjadi surga baginya. Karena didalam rumah itu masih ada sang istri tercinta yang selalu tetap setia menerimanya yang ia harapkan akan tetap setia hingga ke akhir hayatnya dan ada anak-anak tercinta yang memang tidak tinggal berjauhan dengannya. Bahkan rumah sederhana ini juga saban hari tetap selalu ramai oleh suara cucu dan cicitnya yang datang keluar masuk rumah  secara bergantian.

Bila sore hari telah hampir tiba di dalam bilik rumah yang setengahnya masih berdinding papan ini, juga makin akan terdengar sayup-sayup dengan adanya anak-anak yang belajar mengaji kepadanya. H.Muharam dengan  tetap sabar mengajar anak-anak mengaji meskipun dengan kondisinya yang sudah lama terserang asma, tingkah anak-anak yang  beranekaragam adalah Asam garam yang sudah lazim ia temui  di separuh waktu hidupnya,  hal ini kemudian seakan menjadi wajar jika ia begitu lembut, penyayang, telaten dan sabar  melandeni anak-anak.

Kedatangan Wartawan ini pun, disambut dengan hangat dan ramah oleh H.Muharam dan keluarganya, hingga akhirnya setelah menyampaikan maksud dan tujuan, H.Muharam pun mengatakan menyanggupi untuk berbagi kepada Radsul. Meskipun hanya secarik cerita panjang  sejarah adat Rebokasan di Desa Air Anyir, dengan duduk dikursi plastik yang ada di rumah keluarga besar itu, kami pun  duduk dengan manis dan saling berhadap-hadapan. Dari sinilah H.Muharam  mulai bercerita.

Menurutnya, Air Annyir ini dulunya tidak seperti sekarang melainkan  hanyalah  merupakan wilayah perkebunan penduduk seperti karet dan sahang, sehingga setiap Jumat masyarakat ini akan pulang kampung yakni di Desa Baturusa yang sekarang ini, namun seiring berjalannya waktu dan  pertumbuhan manusia juga semakin  banyak, hingga akhirnya masyarakat  sudah memilih menetap dan inilah yang  lama kelamaan semakin ramai dan menjadi Kampung. Desa Air Anyir ini memiliki dua dusun yakni Dusun Temberan dan Dusun Mudel yang sampai sekarang masih menginduk pada satu Desa yakni Desa Air Anyir

"Pelaksanaan Pesta Adat  Rabu Kasan  ini tak dilaksanakan seperti sekarang ini, Rabu kasan bagi Warga masyarakat Desa Air Anyir adalah merupakan sebuah ritual upacara sakral  yang benar-benar harus dilaksanakan dengan secara telaten benar  dan hikmat. Pelaksanaan upacara adat Rebo kasan  selalu dilakukan di tepi Pantai, karena dulu Kampung Air Anyir ini tak memiliki Mesjid seperti sekarang ini," ceritanya.

Setiap kali menjelang pelaksana Upacara Adat Rabu Kasan yang konon  akan dilaksanakan  setiap pada hari Rabu terakhir  di bulan Safar atau tepatnya pada tanggal 23 bulan Syafar. Masyarakat percaya bahwa bulan Safar adalah merupakan bulan yang akan selalu mengingatkan kepada cerita masa lalu, dimana  pada bulan dan tanggal inilah  dua orang cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW,  yakni Husin dan Hasan, harus mengalami  getir dan kejamnya bangsa kaum kafir waktu itu. Dimana Husin  meninggal karena sengaja di racuni melalu makanannya sedangkan Hasan meninggal setelah kepalanya putus  karena ditebas dengan pedang secara sadis oleh kaum kafir waktu itu dan konon kepalanya pun dibuang kelaut.  Wallahualam, cerita kematian Hasan sebagai cucu  kesayangan baginda Rasullulah Muhammad SAW inilah  yang  dibunuh secara sadis inilah yang lantaran  konon dijadikan contoh dan tauladan oleh masyarakat setempat dengan harapan, agar  peristiwa seperti ini  jangan pernah lagi muncul atau terjadi menimpa masyarakat Air Annyir khususnya serta  dilindungi dari segala marabahaya. Konon  pada hari Rabu tanggal 27 Syafar  inilah  dimana Allah akan menurunkan sebanyak 3200 macam balak ke muka bumi, oleh karena itu diharapkan kepada seluruh penduduk untuk tidak melakukan atau terlalu banyak melakukan aktivitas diluar rumah apalagi sampai berbuat  riya, tapi  pada   hari  ini masyarakat disarankan untuk semakin banyak mengingat  kebesaran tuhan dengan memajatkan doa serta zikir sebanyak-banyaknya. Dengan Zikir disertai doa dan atas seizin Allah SWT itulah diharapkan kampung akan menjadi berkah dan terhindar  dari segala marabahaya  atau balak.

Kebiasaan  bagi orang tua zaman dulu di Air Anyir dalam acara Adat Rabu kasan ini juga dilengkapi dengan adanya  Dufa (sesajen)  yang biasanya di tempatkan di depan pintu rumah masing-masing. Namun seiring makin bertambahnya pengetahun agama masyarakat hingga akhirnya sampai sekarang penggunaan Dufa tak lagi digunakan dalam adat Rabukasan karena dinilai mengandung unsure syirik, padahal dalam Rabu kasan sendiri ada perintah untuk  dijadikan sebagai momentum banyak  berdoa dan berzikir kepada Allah. Setelah melakukan ritual berupa sesajen tadi,  perwakilan keluarga biasanya akan membawa sejumlah  ketupat bala yang terbuat dari daun kelapa dan tidak ada isinya (konon sengaja tidak ada isi karena  di dalamnya ada banyak balak) serta memboyong  sanak keluarga kelaut  atau kepantai beramai-ramai dengan jalan kaki, dan sesampai di pantai  sesepuh adat akan mengumandangkan Azan   dengan menghadap kelaut  yang konon ceritanya adalah  langkah  doa dan panggilan  yang  hendak disampaikan kepada yang Maha Kuasa agar melindungi seluruh rakyat Air Anyir dari marabahaya  khususnya dari pengaruh dan  ulah perbuatan  para mahkluk setan dan jin  yang  menjadi  penghuni  laut Air Anyir  atau yang oleh masyarakat kerap disebut  dengan  Nek Akek (hantu penunggu pantai). Setelah itu  acara akan dilanjutkan dengan  pencelupan  secarik kertas yang berisi doa-doa  penolak balak dan mohon pertolongan yang Maha Kuasa yang telah ditulis dengan menggunakan  tinta  yang diambil dari mekah atau yang biasa disebut Dawet mekah ,  kertas yang berisi doa inilah yang kemudian di celupkan kedalam kendi atau gentong  yang berisi  campuran air zam-zam dan air Sumur atau perigi masyarakat.  Konon air Wafak ini  memiliki khasiat  bagi siapa saja yang meminumnya atau pun mencuci wajahnya dengan air ini  maka  dengan  doa dan restu Allah ia akan selamat dari segala macam balak dan hidupnya akan aman dan damai, setelah Air Wafak acara dilanjutkan dengan doa serta zikir memuji keberasaran   Yang Maha Kuasa  dan sekaligus sebagai ungkapan rasa Syukur atas segala rahmat dan karunia Allah berupa rezeki dari Sumber daya alam  yang  melimpah di Desa Air Annyir dan dijadikan ladang  penghidupan ekonomi seperti timah dan emas serta hasil kebun lainnya , dan  yang terakhir adalah  masyarakat akan menarik ketupat balak yang mereka  bawa satu persatu ( satu ketupat ditarik dua orang) sambil menghadap kelaut dan ketupat yang sudah ditarik tadi akan dihanyutkan ketengah laut, dengan harapan seluruh  balak yang mengancam akan hanyut bersama dibawa air kelaut lepas. Setelah semua prosesi adat ini selesai dilakukan maka masyarakat tempo dulu akan menghabiskan waktu mereka bersantai  bersama keluarga dan kerabat mereka di pantai dengan cara yang sederhana , meski tanpa embel-embel panggung hiburan apalagi artis ibukota, tempo dulu salah satu snack  alias makanan ringan yang kudu ada adalah  berupa bertih beras atau yang kini biasa disebut Pop Corn, namun bukan dari jagung melainkan terbuat dari beras, dan  masyarakat tempo doelo akan mensajikannya kedalam sebuah  tampah atau nampan atau dulang yang terbjuat dari anyaman bamboo.

Masih mendengarkan cerita H.Muharam, dimana menurut dia,  sebenarnya tak ada perbedaan yang mencolok dalam pelaksanaan adat Ritual Rebokasan zaman dulu dengan yang sekarang ini, namun yang pasti kini masyarakat semakin pintar dan mengerti serta bisa membedakan mana yang boleh, dan mana yang sirik dan tidak boleh dilakukan,  kalaupun dulu  dilaksanakan  di pantai tapi sekarang dilaksanakan di Mesjid, namun  cirri khas adat rebokasan berupa Ketupat Tolak Bala, meski ada  yang ditarik di mesjid namun satu dan tetap kulit ketupat tersebut akan tetap dibawa kelaut dan dihanyutkan.

Sebagai sesepuh  dan tokoh masyarakat Desa Air Anyir, H.Muharam mengatakan kelurahan adat, etika, sopan santun dan adap ketimuran dan selaku orang Islam yang mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka  semuanya harus tetap dipertahankan  dan  tentu saja  keimanan dan ketaqwaanlah yang musti harus disuburkan, mengingat hidup di bumi ini hanyalah sebuah panggung ujian  untuk menyelesksi manusia apakah dia taat atau justeru ingkar, dan perjanjian Allah akan  membalas setiap perbuatan  baik dan buruk dengan Surga atau neraka. Semua itu tergantung pilihan manusia. Terbiasalah untuk selalu juga hidup dalam kesederhaan dan jangan berlebihan. Hal inilah yang  seharusnya  selalu ditanamkan oleh para orang tua kepada anak-anak sejak mereka kecil  dan kelak dewasa di harapkan mereka juga akan meniru serta menjadikan  kebaikan yang telah ditanam sebagai pedoman hidup. Karena  3 amal yang  tidak akan pernah putus pahalanya adalah amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yang  saling meratapi dalam kesabaran dan saling mengingatkan dalam kebenaran. Pesan H.Muharam untuk seluruh umat Muslim  di Air Annyir, dan di Bangka Belitung serta Indonesia seluruhnya, pesan ini menurut H.Muharam adalah sebagai ungkapan betapa meski kini sudah  nyaris sudah tak berdaya dan sekekar dulu, tapi  inilah cara saya  mencintai umat musilm sebagain bagian dari   lengkap sempurnanya iman selaku orang yang mengaku umat Muhammad dan  tiada Ilalh kecuali Allah Azawajala. (lya)

1400 H Plasma, Baru Diserah 800 H

ShareBELINYU - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka (Dishutbun Bangka) menyatakan saat ini lahan sawit plasma seluas 1.400 hektar, sudah dibangun oleh PT Gunung Pelawan Lestari di wilayah Kecamatan Riau Silip dan Belinyu. Jumlah itu berada di wilayah Desa Mapur serta Desa Pugul untuk Kecamatan Riau Silip dan Dusun Pejem Desa Gunung Pelawan untuk Kecamatan Belinyu.
"Yang telah dibangun sekitar 1.400 hektar berada di tiga Desa dan yang sudah diserahkan 800 hektar," ungkap Meinalina selaku Kepala Dishutbun Bangka beberapa waktu lalu di Belinyu.
Lahan sawit plasma yang telah dikembangkan oleh PT Gunung Pelawan Lestari (GPL) ini telah mengembangkan perkebunan  menggunakan pola inti bagi perusahaan dan perkebunan plasma bagi rakyat dengan kerja sama yang saling menguntungkan dan berkesinambungan.
Dikatakan Meinalina tujuan pengembangan sawit plasma adalah untuk meningkatkan pendapatan petani, menguntungkan perekonomian daerah, peningkatan produksi perkebunan dan menyerap tenaga kerja daerah. Selain itu juga untuk membantu pengembangan perkebunan serta meningkatkan dan memberdayakan koperasi  petani di wilayah plasma.
Dalam hal ini juga yang menjadi sasaran pada program ini adalah perkebunan plasma sebagai inti dan  perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma. Saat ini sawit plasma yang ada dari PT GPL dinaungi melalui KPKS Ikhtiar Sejahtera Dusun Pejem Desa Gunung Pelawan seluas 540 hektar dan jumlah petani plasma 402 KK, KPKS Lestari Desa Pugul seluas 146,58 jumlah petani plasma 112 KK dan KPKS Mapur Mandiri Dusun Tanjung Tuing Desa Mapur dengan luas 121.24 hektar dengan jumlah petani plasma 581 KK.
"Diharapkan akan berkembang seiring bertambahnya luas area perkebunan," ujar Meina. (trh)

9 Sarjana Masuk Riau Silip

ShareRIAUSILIP - Sebanyak 9 orang Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (SP3) akan terjun di 9 desa yang ada di Kecamatan Riau Silip.
Kesembilan sarjana ini merupakan program dari pemerintah Kabupaten Bangka untuk meningkatkan pembangunan di desa yang sudah dipilih beberapa waktu lalu.
Camat Riau Silip, M Ansori Muslim mengatakan pelaksanaan kegiatan ini telah telah berjalan semenjak (14/1) lalu. Dengan keberadaan 9 orang yang akan disebar pada 9 desa di Riau Silip, SP3 ini  bertujuan untuk mengsingkronisasikan segala bentuk kegiatan dan program yang ada.
"Pertemuan ini sengaja saya lakukan untuk bersilaturahmi bersama mereka. Selain itu juga untuk mengsinkronisasikan program-program yang ada," ungkap Ansori, Selasa, (17/1) di ruang kerjanya.
Selain itu juga ia menyampaikan kepada para sarjana ini agar dapat bersinergi bersama dengan pihak desa, dalam menjalankan tugas dapat dilakukan bersama dengan masyarakat yang ada. Terlebih sebentar lagi tiap desa akan menyusun musrenbang desa, sehingga keberadaan SP3 diharapkan dapat membantu desa-desa yang menjadi wilayah tugas masing-masing sarjana.
"Kita juga berharap mereka selama 1 tahun ini dapat menjadi pelopor dalam pembangunan di desa dalam hal segala bidang," harapnya.
Ditambahkannya lagi, dalam hal ini diharapkan adanya kerjasama antara pelaksanan bersama dengan pihak kecamatan, sebagai bentuk jembatan penghubung informasi dilapangan. Program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka ini baru pertama kali di gelar untuk seluruh desa yang  ada kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bangka. Sebelumnya Kecamatan Riau Silip juga pada tahun lalu ditempatkan satu orang sarjana pada salah satu desa yang merupakan program SP3 pemerintah Provinsi kepulauan Bangka Belitung.
"Dengan menggunakan dana APBD Kabupaten Bangka. Kita sangat bersyukur dengan kepedulian yang dilakukan oleh Pemda kita untuk memberdayakan sarjana lokal, guna  pengabdian bagi daerahnya," kata Ansori.(trh)

Jika Diminta, TNI Selalu Siap

ShareSUNGAILIAT - Dandrem 045/Garuda Jaya Babel  Kolonel P Gunung Sarasmoro menegaskan satuannya siap mengamankan proses pemilukada Bangka Belitung 2012 mendatang.
Itu ia katakan usai menghadiri acara penerimaan Satgas Kompi B Yonif 141/AYJP Sungailiat yang kembali dari Papua, Selasa(17/1).
Menjelang Pilkada 2012 yang tidak Lama lagi, Dandrem berencana berikan perintah operasi kepada seluruh jajaran Korem 045 Garuda Jaya tentang perintah melaksanakan kegiatan pengamanan Pemilukada.
"Kita sifatnya on call, jadi stand by, di satuan kita sudah menyiapkan 11 posko, TNI AD, ya kita TNI AD, Kalau  TNI AL, dan TNI AU punya operasi juga stan by on call juga setiap saat, bisa dipanggil. Kita melakukan koordinasi juga dengan TNI AL dan TNI Udara," katanya.
11 posko itu di 7 wilayah Kabupaten dan Kota, Korem juga disiapkan, personil berjumlah 484 orang persiapan menjelang pilkada.
"Sampai saat ini saya lihat masih kondusif, kerawanan-kerawanan yang akan muncul barangkali sudah diprediksi oleh Polda, yang jelas kesiapan TNI dalam hal ini adalah mempersiapkan personil setiap waktu jika diminta bantuan Polda, kita siap," tegasnya.
Mengenai kerawanan katanya biarlah untuk satuan Polri yang menganalisis kerawanan-kerawanan, TNI sudah memberikan petunjuk tentang pelaksanaan.
Juga katanya begitu dengan netralitas TNI, sudah jelas apa yang boleh dan tidak boleh.
"Kita tidak boleh dilibatkan dalam kegiatan-kegitaan kampanye, baik prajurit maupaun lingkungan asrama tidak boleh, aturan tentang netralitas itu ada betul-betul kita tegakkan, dan sudah  kita sampaikan kepada unsur prajurit TNI," imbuhnya. (cr05)

Bantuan untuk Pengolah Hasil Laut

ShareSUNGAILIAT - Sebanyak 10 kelompok pengolahan hasil perikanan laut di Kabupaten Bangka, antara lain di Kecamatan Merawang, Sungailiat dan Belinyu mendapatkan bantuan peralatan produksi.
Agar dapat digunakan sebagai penunjang usaha pengolahan ikan. Bantuan berupa paket seperti pisau, cool box dan blender bumbu tersebut dari Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) Jakarta.
Hurryah Dewiyani, Kabid Pengolahan Hasil Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bangka di ruang kerjanya Selasa (17/1) mengatakan, bantuan peralatan produksi hasil perikanan sudah diserahkan kepada kelompok dan sudah digunakan.
"Kita sudah terima peralatannya dari Jakarta dan secara bertahap kita serahkan langsung kepada kelompok pengolahan hasil perikanan, rata – rata setiap kelompoknya ada 5 orang. Mereka bergerak di bidang pembuatan pempek, nuget dan kerupuk,” ungkap Hurryah.
Menurutnya, tujuan diberikannnya bantuan paket peralatan pengolahan hasil perikanan tidak lain adalah untuk meningkatkan produksi dan produktifitas usahanya.
Di mana masih banyak pelaku usaha pengolahan hasil perikanan notabene menggunakan manual.
Diharapkan produksi yang dihasilkan dapat meningkat karena peralatannya sudah canggih. Belum lagi pelaku pengolahan akhir – akhir ini terkendala akibat bahan baku naik. "Jadi paling tidak bantuan ini cukup membantu,” ujarnya.
Namun diakuinya, masih sedikit pelaku usaha pengolahan yang tergabung dalam kelompok. Umumnya mereka berusaha secara individu. Padahal bantuan semacam ini harus diserahkan kepada, bukan perorangan.
"Kendala kita kemarin yaitu pelaku usaha pengolahan hasil perikanan tidak berkelompok jadi kemarin baru kita bentuk kelompok. Karena kalau tidak berkelompok tidak bisa mendapatkan bantuan itu. Katanya tahun ini masih ada lagi bantuan serupa,” pungkasnya. (j0i)

Hari Ini Rebo Kasan di Air Anyir

ShareMERAWANG - Hari ini  Rabu (17/1) atau bertepatan dengan  penanggalan kalender Arab dan tepat berada Rabu terakhir di penghujung  bulan Safar masyarakat  Kabupaten Bangka khususnya Kecamatan Merawang Desa Air Anyir mulai pukul 07.00 WIB  hingga  pukul 09.00 WIB (waktu yang paling tepat) akan melaksanakan  seluruh rangkaian pesta adat Rabu Kasan.

Konon,  Adat Rabu Kasan ini oleh masyarakat Desa Air Anyir sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak Ratusan tahun silam. Kini,  oleh Pemerintah  upacara Adat Rebo Kasan ini juga sudah dimasukkan kedalam Kalender even Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan menjadi ikon Pariwisata Bangka Belitung  khususnya di Kabupaten Bangka.

Tradisi kuno yang  lapuk di makan oleh waktu dan juga kemajuan zaman ini diharapkan akan terus hidup pada masa-masa yang akan datang. Banyak versi, cerita bahkan mitos tentang sejarah  muncul dan dilaksanakannya Adat Rabu Kasan ini. Versi yang beraneka ragam ini kini sudah ditulis juga dalam lembar demi lembar buku cerita dan sejarah Adat Rebokasan, apapun itu biarlah masyarakat sendiri yang menilainya dan bahkan mempercayai mana  yang lebih disukai. (lya)

Buaya Mati Tersangkut Jaring Nelayan

Share
MERAWANG - Sejak pagi rumah Mukhlis (36)  warga Desa Pagarawan sudah ramai di serbu  warga. Sontak saja, rumah  sederhana  berdinding papan tersebut heboh  riuh rendah. Kondisi rumah Mukhlis menjadi  ramai dan tidak seperti biasanya ini bukan karena warga akan melakukan Demo, tapi  karena pagi  kemarin itu Muklhis dan beberapa temannya baru saja berhasil membawa pulang seekor buaya dari Sungai Desa Pagarawan. Buaya yang di perkirakan berumur lebih kurang  2 tahun tersebut dengan  panjang 3M dan  berat sekitar 100 Kg pertama kali ditemukan oleh Mukhlis tersangkut di jaring ikan miliknya yang ia pasang sore sebelumnya. Sayang ketika ditemukan  Buaya malang ini memang sudah tak bernyawa lagi, hal ini diperkuat dengan  tanda meskipun masuk jaring namun jaring milik Muklhis ini masih tetap utuh dan tak ada yang robek sedikit pun.

Karena kasihan Mukhlis pun dan temannya membawa  buaya tersebut pulang  kerumahnya di Desa Pagarawan, untuk di kuburkan. Namun, ketika Radsul melihat buaya yang sudah mati tersebut di rumah Muklhis, nampak buaya dengan  corak coklat kehitam-hitaman masih tergelak di atas sebuah  bangku  kayu  yang sengaja diletakkan di depan sebuah ruko  toko kecil tepat disamping rumah Muklis berjarak  satu meter dari bibir jalan raya  Sungailiat-Pangkalpinang.

Buaya yang sudah mati ini, tak hanya menjadi tontotan warga, tapi  tak sedikit juga warga yang usil seperti membuka ingin menggendongnya, bahkan juga ada yang memasukan tangannya ke dalam mulut sang buaya yang sudah tak berkutik lagi itu.  Menurut cerita para warga, konon cairan  lendir yang ada di dalam mulut buaya tersebut berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit  Sango atau pun Sariawan. Warga yang percaya bergantian memasukkan  tangan dan jari mereka kedalam mulut sang buaya yang sudah mati itu. Sejumlah pengendara kendaraan yang sedang melintas pun  ikut  penasaran dan ada yang sengaja memarkirkan kendaraannya untuk sekedar melihat sang buaya, dan tentu saja  suasana semakin ramai.

Sementara itu Muklis sendiri kepada Radar Sungailiat mengaku,  ketika akan memeriksakan jaring ikannya yang dipasang di Sungai Desa Pagarawan sore sebelumya sekitar pukul  22.00 WIB ia kaget, karena  di dalam jaring tersebut ada seekor  buaya   bukan ikan.

"Sayang ketika ditemukan buaya ini nampaknya memang sudah mati, karena jaring saya tak ada yang robek, akhirnya pagi tadi kami putuskan untuk diangkat kedarat dan di bawa pulang untuk dikuburkan," ungkapnya.

Menurut Muklis,  ia yang juga ketua Kelompok Nelayan Sungai Desa Pagarawan sudah hafal luar kepala tentang seluk-beluk Sungai Desa Pagarawan sejak belasan tahun yang silam.  Bertemu buaya bukan hal yang baru lagi bagi dia  dan kawan-kawannya, bahkan kejadian seperti ini sudah terjadi 3 kali.

"Sebelumnya masih hidup, dan  kami  kasihan akhirnya kami  lepas dan kembalikan lagi ke habitatnya, kalau ditanya apakah saya takut,  rasa takut pasti ada, mungkin karena sudah terbiasa saja. Bahkan saya lihat sekarang ini banyak buaya di Sungai Pagarawan ini, tapi masih kecil-kecil paling seukuran lengan manusia, tapi ada juga  yang paling besar," ceritanya.

Namun ia berharap buaya yang besar tidak masuk kejaringnya, karena ia tidak mau berurusan  dengan hal yang seperti itu, karena sudah setiap hari mencari sumber penghidupan di Sungai.

"Mungkin mereka juga sudah mengenal kami dan menganggap kami sebagai kawannya, makanya  mengingat buaya yang satu ini sudah mati, saya akan kuburkan, meskipun dia binatang tapi dia juga layak mendapatkan perlakukan yang baik dan seharusnya kita lakukan,” kata Muklis seraya tertawa geli.

Nelayan  tradisional yang mengaku sudah akrab dengan alam ini mungkin ada  hewan yang  tak suka padanya seperti ikan. Karena nyatanya Muklis setiap hari datang bersama  teman-teman nelayan lainnya yang berjumlah 25 orang  turun ke sungai hanya untuk menangkap ikan lalu menjualnya. Penghasilan ini  digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan  keluarga sehari-hari saja.

Muklhis sangat bergantung kepada Sungai Pagarawan berharap tempatnya mengais rejeki itu tak di ganggu dan diusik oleh orang-orang yang memiliki nafsu serakah  dan tidak bertanggungjawab, sehingga alur kehidupan di Sungai Desa Pagarawan akan tetap aman,  tentram dan alami. Tak hanya bagi Mulkis tapi juga bagi seluruh penghuni Sungai Pagarawan, bapak 3 orang anak ini pun mengaku penghasilan mereka  dari mencari ikan di sungai.

"seperti sekarang ini,  jumlah tangkapan  justru bekurang dari biasanya, ikan sedang tak ada dan susah dicari," kata Muklis.

Tak hanya bergantung pada nasib dan keberuntugan saja, tapi sebagai nelayan tradisonal bersama nelayan lainnya juga  terpaksa harus meronggeh kocek yang tidak sedikit bahkan hingga belasan juta  untuk membeli jaring atau kapal baru, bila fasilitas yang  lama sudah tak memungkinkan untuk digunakan lagi.

"Kalau sudah begini  ya kita mau gimana lagi kalau bukan  dari kantong sendiri, jujur saja sebenarnya sebagai nelayan tradisional kami akan semakin sulit berkembang dan juga meningkatkan hasil tangkapan. Jika perhatian dari pemerintah juga kurang, kalau bukan dari mereka, dan hanya mengandalkan  uang nelayan  yang cuma ala kadarnya itu ya tau sendirilah mbak. Oleh karena itu, kedepan atau pun di tahun 2012 ini ada perhatianlah kepada kami,  misalnya Kapal, karena kami ingin sekali juga mulai menyeberang kelaut untuk mecari ikan dan mudah-mudahan  bisa menambah penghasilan,” harap  Muklis  yang juga mewakili teman-teman  nelayan lainnya. (lya)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More