01.31
Harian Pagi Radar Sungailiat
Share
SUNGAILIAT - Hasil sidak beberapa anggota DPRD Bangka di lapangan mengenai jembatan yang ada di Bukit Layang dan Mabat yang menghubungkan kedua desa ternyata ada dua jembatan yang roboh.
Ir Agung Setiawan MM dari Komisi C DPRD Bangka yang ikut meninjau ke lapangan Selasa, (20/7) mewanti-wanti oleh proyek dinas pekerjaan umum ini sebab setelah dilaksanakan sedemikian rupa ini apa penyebabnya, dimana posisi jembatan itu kalau dilihat ada diantara sawit kiri dan kanan.
Selain itu menurutnya kepada wartawan di ruang kerjanya Rabu (21/7) debit air juga perlu di perhitungkan jumlah yang masuk ke jembatan itu sebenarnya berapa tidak seperti yang terjadi sekarang jembatan itu bisa hancur luruh berantakan karena debit air yang masuk itu sangat luar biasa.
"Nah, Kita harus menghimbau kepada dinas pekerjaan umum dalam hal ini untuk mengkaji dan merencanakan jembatan ini harus benar-benar diperhatikan kapasitas air yang masuk dan keluarnya sehingga tidak meroboh jembatan kedua kalinya," kata Agung.
Proyek ini yang dilihat ini menurut keterangan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sudah ada pemenangnya juga, termasuk untuk jalan dari Bukit Layang ke Mabat itu. Tapi tanda-tanda di lapangannya hanya secuil kecil- kecil saja tidak ada tanda-tanda yang berarti. Maka dari itu pihaknya mengimbau kepada Dinas PU dan kontraktor yang memenangkan pelelangan tersebut harus segera melaksanakan pemeliharaan karena jalan dan jembatan ini yang merupakan sumber arus lalu lintas untuk perekonomian masyarakat Bukit Layang dan Mabat ini.
"Jangan sampai mereka terisolir dan harga mulai akan melonjak, termasuk yang saat ini suasananya sudah mendekati puasa dan lebaran jangan sampai bangunan ini terbengkalai seperti itu, apa kata orang. Sampai hari ini, kok kegiatan lapangannya pada jembatan itu tidak ada tindak lanjut yang berarti," sesalnya.
Penyebab lain kerusakan jembatan ini yang sampai ambruk bisa terjadi karena muatan yang berlebihan diatas empat ton, tapi menurut hasil pengamatan dilapangan yang terlihat samapi jembatan itu robah penyebabnya adalah karena air yang lewat itu berlebihan.
"Nah, kalau air yang berlebihan ini bagaimana cara mengatasinya maka kita perlu membuang mebuang air ke tempat yang lebih rendah, sesuai fungsi air.
Jadi pada jembatan harus aman, harus dibuat sayap yang permanen diantara dua sisi, sisi depan, dan belakang ini yang perlu. Kedepan yang kita harapkan bangunan jembatan yang menghubungkan ini benar-benar mempunyai kualitas yang baik," harapnya.
Ditambahkannya ada dua untuk pembangunan jembatan itu yang harus direncanakan, jenis W6 tau W7 yang lebarnya 6 meter dan 7 meter karena dua jembatan yang lama itu terlihat sempit hanya W4 (4 meter), harusnya W6 atau W7 sehingga air yang masuk jembatan itu bisa masuk dan lari ke tempat yang lebih rendah.
Akibat rusaknya jembatan aktifitas para warga yang biasa melewati jembatan selama ini mereka sekarang terpaksa mengendarai kendaraaannya lewat jalan yang berliku-liku dan berputar dan lebih jauh sehingga lebih membebani secara ekonomi, efesiensi waktu dan segi keamanan.
Untuk itu ia meminta jembatan yang sampai hari ini belum di garap dan jalannya yang hanya sodokan alat berat sangat sedikit segera bagaimana pemerintah dalam hal ini untuk mempercepat proses pembuatan jembatan.
"Karena jembatan itu yang paling penting, kalau masalah jalannya ya dipilihlah mana yang baik untuk itu," tandasnya.
*Dinas PU Segera Bangun Jembatan
Sementara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka melalui Kabid Bina Marga, Gustiadi Rabu (20/7) saat dikonfirmasi melalui telepon menyatakan sudah memerintahkan pihak kontraktor yang memenangkan tender proyek untuk pembangunan dua jembatan di Desa Mabat Kecamatan Bakam tersebut secepatnya.
"Pembangunan jembatan itu sudah ditenderkan dan sudah ada pemenangnya. Dinas PU sudah menyurati pemenang tender agar segera melaksanakan pembuatan jembatan tersebut," jelas Gustiadi.
Wartawan Radsul sendiri saat melihat kondisi jembatan yang menjadi penghubung antara Desa Mabat dan Bakam kondisinya sangat memprihatinkan, seharusnya untuk ke kampung sebelah hanya hitungan menit saja tapi akibat ambruknya jembatan harus menempuh antar kampung selama 30 menit.
Masyarakat juga khususnya remaja putri sangat khawatir bila melalui hutan tersebut menyangkut kondisi keamanan terlebih malam ini. Kondisi ini sudah berdampak pada kenaikan harga khususnya BBM jenis bensin, saat wartawan harian Radsul mengisi bensin satu litrinya seharga Rp. 14 ribu, untuk itu masyarakat mengharapkan perbaikan secepatnya supaya aktifitas kembali normal. (cr02)