Selasa, 18 Oktober 2011

Terlalu Bergantung Satu Sektor

MERAWANG - Harga timah yang selama ini menjadi sektor andalan ekonomi masyarakat Bangka Belitung saat ini sedang tak bersahabat.
Salah satu pemerhati masalah ekonomi masyarakat dari Universitas Bangka Belitung (UBB) Suhardi, SE M.Sc.Akt kepada Radsul berkata, kendala utama masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat Bangka Belitung saat ini tidak terlepas dari akibat terlalu merasa santai dan dimanjakan oleh alam.
"Sehingga menimbulkan rasa cepat puas dan malas, perekonomian hanya ditopang dari satu sektor saja, misalnya timah," katanya.
Sementara hasil timah yang diperoleh dari dalam perut bumi Babel ini alhasil hanya dijual dalam bentuk balok atau mentahnya saja, bukan dijual setelah diolah atau mampu memproduksi sendiri, demikian juga dengan karet yang di jual dalam bentuk mentah, demikian   juga hasil pertanian kelapa sawit.
"Jadi hemat saya kondisi saat ini lebih dominannya masyarakat kita adalah mereka kena imbas harga barang, apalagi sebetulnya saat ini demam krisis global di eropa dan amerika," ujarnya lagi.
Suka atau tidak suka akan ikut mempengaruhi ekonomi Negara lain termasuk Indonesia, apalagi selama ini eropa dan Amerika katanya adalah merupakan Negara yang kerap membeli timah dari Indonesia khususnya dari Bangka Belitung.
Dia melihat persoalan ini masih akan menemukan jalan keluar, asal tidak lagi bertumpu ke satu sektor.
"Misalnya hanya mengandalkan timah, tapi harus ada pengalihan ke pengembangan sektor usaha ekonomi yang lain misalnya harus serius dan konsisten, pada pengembangan sektor pariwisata," tegasnya.
Dan katanya tidak boleh dilakukan setengah-setengah.
Penyakit  berikutnya di Bangka Belitung ini adalah sistem tata niaga yang dikuasai oleh Negara lain contohnya Malaysia. "Sawit-sawit hasil pertanian dari petani kita dominanya dikuasai oleh mereka, termasuk menentukan harga jualnya, dan inilah yang kemudian harus segera di benahi dengan cara memberikan proteksi atau perlindungan harga bagi para petani kita," harap Suhardi. (cr04)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More