Selasa, 18 Oktober 2011

Di Mana Kesejahteraan Guru Penjaskes?

MERAWANG - Kesejahteraan para guru olahraga masih butuh perhatian lebih. Utamanya, mereka adalah sosok orang yang bisa mengetahui bibit atlet muda lebih dini.
Perhatian pemerintah daerah baik Pemkab maupun Provinsi masih sangat kurang dalam memperhatikan kesejahteraan para guru olahraga, konkritnya lagi kini di Kabupaten Bangka sendiri insentif guru olahraga yang tadinya Rp 500 ribu kini malah dipotong tinggal Rp 300 ribu.
"Sebaliknya, pemerintah meminta kami untuk meningkatkan kinerja, jadi kami sebagai guru ini memang hanya mengandalkan semangat dan rela berkorban saja, jam kerja kami-kami yang tidak sertifikasi ini sama dengan yang telah tersertifikasi, yakni sama 24 jam," keluh pemerhati dunia olahraga yang sekaligus juga sehari-hari bertugas sebagai Guru Penjaskes di SDN 14 Desa Balunijuk Kecamatan Merawang, Syamsudin.
Belum lagi, fokus mereka dengan segala upaya setiap hari berhadapan dengan anak atau siswa di sekolah dengan macam-macam sifat dan karakter masing-masing.'
"Jadi, tugas kami ini lebih berat ketimbang mereka yang berada dalam jajaran PNS struktural, yang kebanyakan lebih santai duduk di belakang meja, padahal kesejahteraan mereka pun jauh melampaui kami ini," katanya.
Belum lagi tambahnya, sarana dan prasarana di Merawang saat ini masih kurang, padahal seperti olahraga renang misalnya kami melihat ada beberapa bibit atlet renang dari Desa Balunijuk yang sudah pernah dicoba, dan hasilnya tanpa diduga ternyata cukup baik.
"Tapi, keterbatasan sarana membuat kami harus bolak balik antar mereka dari satu kolam renang ke kolam renang lainnya baik Pangkalpinang maupun Sungailiat," ujarnya.
Nah, dia kepada Radsul menyampaikan, sebenarnya masih banyak bibit-bibit olahragawan di daerah yang belum terberdayakan secara optimal.
"Khususnya dalam cabang atletik, padahal selama ini sudah banyak juga contoh prestasi yang ditorehkan oleh para peserta Cabang olahraga yang satu ini," katanya.
Namun persoalannya sekarang adalah mengapa mereka ini kemudian seolah-olah tidak mendapatkan tempat untuk menelurkan bakat, minat kemampuan tersebut, jawabannya adalah karena disebabkan banyak faktor yang mengekori di belakangnya. "Contoh, yang pertama adalah perhatian dari pemerintah, dukungan orang tua, dan pandangan para bibit olahraga itu sendiri," ulasnya.

Dan ada satu lagi yang ia sesalkan, acap kali kecolongan atlet yang malah memilih menjual kemampuannya untuk daerah lain. "Itu karena pemerintah daerah memang tidak tanggap dan kurang memperhatikan mereka," ujar Syamsudin. (cr04)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More