Selasa, 17 Januari 2012

Riwayat Rebu Kasan

MERAWANG - Kemarin, salah satu tokoh masyarakat Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka H.Muharam yang merupakan sesepuh adat dan juga tokoh agama  masyarakat Desa Air Anyir usianya sudah 73 tahun. Seiring dengan makin tingginya usia, penyakit pun semakin mulai menggerogoti  tubuhnya yang makin renta di makan usia. Hal inilah yang pada akhirnya membuat ia memilih mundur dan tak lagi  ikut terjun secara langsung dalam setiap acara ritual yang harus dilakukan dalam prosesi adat Rabu kasan sejak tahun 2006  lalu.

Ayah dari 13 orang anak ini, namun yang hidup kini tinggal 10 , 32 cucu dan  15  cicit adalah kelahiran Desa Nibung Bangka Tengah, namun sudah ikut ayahnya pindah ke Desa Air Anyir sejak umur 9 tahun. Meskipun sudah mulai uzur, H.Muharam ketika ditemui Radar Sungailiat pada  Selasa, (17/1) kemarin di rumahnya yang cukup sederhana, namun tetap menjadi surga baginya. Karena didalam rumah itu masih ada sang istri tercinta yang selalu tetap setia menerimanya yang ia harapkan akan tetap setia hingga ke akhir hayatnya dan ada anak-anak tercinta yang memang tidak tinggal berjauhan dengannya. Bahkan rumah sederhana ini juga saban hari tetap selalu ramai oleh suara cucu dan cicitnya yang datang keluar masuk rumah  secara bergantian.

Bila sore hari telah hampir tiba di dalam bilik rumah yang setengahnya masih berdinding papan ini, juga makin akan terdengar sayup-sayup dengan adanya anak-anak yang belajar mengaji kepadanya. H.Muharam dengan  tetap sabar mengajar anak-anak mengaji meskipun dengan kondisinya yang sudah lama terserang asma, tingkah anak-anak yang  beranekaragam adalah Asam garam yang sudah lazim ia temui  di separuh waktu hidupnya,  hal ini kemudian seakan menjadi wajar jika ia begitu lembut, penyayang, telaten dan sabar  melandeni anak-anak.

Kedatangan Wartawan ini pun, disambut dengan hangat dan ramah oleh H.Muharam dan keluarganya, hingga akhirnya setelah menyampaikan maksud dan tujuan, H.Muharam pun mengatakan menyanggupi untuk berbagi kepada Radsul. Meskipun hanya secarik cerita panjang  sejarah adat Rebokasan di Desa Air Anyir, dengan duduk dikursi plastik yang ada di rumah keluarga besar itu, kami pun  duduk dengan manis dan saling berhadap-hadapan. Dari sinilah H.Muharam  mulai bercerita.

Menurutnya, Air Annyir ini dulunya tidak seperti sekarang melainkan  hanyalah  merupakan wilayah perkebunan penduduk seperti karet dan sahang, sehingga setiap Jumat masyarakat ini akan pulang kampung yakni di Desa Baturusa yang sekarang ini, namun seiring berjalannya waktu dan  pertumbuhan manusia juga semakin  banyak, hingga akhirnya masyarakat  sudah memilih menetap dan inilah yang  lama kelamaan semakin ramai dan menjadi Kampung. Desa Air Anyir ini memiliki dua dusun yakni Dusun Temberan dan Dusun Mudel yang sampai sekarang masih menginduk pada satu Desa yakni Desa Air Anyir

"Pelaksanaan Pesta Adat  Rabu Kasan  ini tak dilaksanakan seperti sekarang ini, Rabu kasan bagi Warga masyarakat Desa Air Anyir adalah merupakan sebuah ritual upacara sakral  yang benar-benar harus dilaksanakan dengan secara telaten benar  dan hikmat. Pelaksanaan upacara adat Rebo kasan  selalu dilakukan di tepi Pantai, karena dulu Kampung Air Anyir ini tak memiliki Mesjid seperti sekarang ini," ceritanya.

Setiap kali menjelang pelaksana Upacara Adat Rabu Kasan yang konon  akan dilaksanakan  setiap pada hari Rabu terakhir  di bulan Safar atau tepatnya pada tanggal 23 bulan Syafar. Masyarakat percaya bahwa bulan Safar adalah merupakan bulan yang akan selalu mengingatkan kepada cerita masa lalu, dimana  pada bulan dan tanggal inilah  dua orang cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW,  yakni Husin dan Hasan, harus mengalami  getir dan kejamnya bangsa kaum kafir waktu itu. Dimana Husin  meninggal karena sengaja di racuni melalu makanannya sedangkan Hasan meninggal setelah kepalanya putus  karena ditebas dengan pedang secara sadis oleh kaum kafir waktu itu dan konon kepalanya pun dibuang kelaut.  Wallahualam, cerita kematian Hasan sebagai cucu  kesayangan baginda Rasullulah Muhammad SAW inilah  yang  dibunuh secara sadis inilah yang lantaran  konon dijadikan contoh dan tauladan oleh masyarakat setempat dengan harapan, agar  peristiwa seperti ini  jangan pernah lagi muncul atau terjadi menimpa masyarakat Air Annyir khususnya serta  dilindungi dari segala marabahaya. Konon  pada hari Rabu tanggal 27 Syafar  inilah  dimana Allah akan menurunkan sebanyak 3200 macam balak ke muka bumi, oleh karena itu diharapkan kepada seluruh penduduk untuk tidak melakukan atau terlalu banyak melakukan aktivitas diluar rumah apalagi sampai berbuat  riya, tapi  pada   hari  ini masyarakat disarankan untuk semakin banyak mengingat  kebesaran tuhan dengan memajatkan doa serta zikir sebanyak-banyaknya. Dengan Zikir disertai doa dan atas seizin Allah SWT itulah diharapkan kampung akan menjadi berkah dan terhindar  dari segala marabahaya  atau balak.

Kebiasaan  bagi orang tua zaman dulu di Air Anyir dalam acara Adat Rabu kasan ini juga dilengkapi dengan adanya  Dufa (sesajen)  yang biasanya di tempatkan di depan pintu rumah masing-masing. Namun seiring makin bertambahnya pengetahun agama masyarakat hingga akhirnya sampai sekarang penggunaan Dufa tak lagi digunakan dalam adat Rabukasan karena dinilai mengandung unsure syirik, padahal dalam Rabu kasan sendiri ada perintah untuk  dijadikan sebagai momentum banyak  berdoa dan berzikir kepada Allah. Setelah melakukan ritual berupa sesajen tadi,  perwakilan keluarga biasanya akan membawa sejumlah  ketupat bala yang terbuat dari daun kelapa dan tidak ada isinya (konon sengaja tidak ada isi karena  di dalamnya ada banyak balak) serta memboyong  sanak keluarga kelaut  atau kepantai beramai-ramai dengan jalan kaki, dan sesampai di pantai  sesepuh adat akan mengumandangkan Azan   dengan menghadap kelaut  yang konon ceritanya adalah  langkah  doa dan panggilan  yang  hendak disampaikan kepada yang Maha Kuasa agar melindungi seluruh rakyat Air Anyir dari marabahaya  khususnya dari pengaruh dan  ulah perbuatan  para mahkluk setan dan jin  yang  menjadi  penghuni  laut Air Anyir  atau yang oleh masyarakat kerap disebut  dengan  Nek Akek (hantu penunggu pantai). Setelah itu  acara akan dilanjutkan dengan  pencelupan  secarik kertas yang berisi doa-doa  penolak balak dan mohon pertolongan yang Maha Kuasa yang telah ditulis dengan menggunakan  tinta  yang diambil dari mekah atau yang biasa disebut Dawet mekah ,  kertas yang berisi doa inilah yang kemudian di celupkan kedalam kendi atau gentong  yang berisi  campuran air zam-zam dan air Sumur atau perigi masyarakat.  Konon air Wafak ini  memiliki khasiat  bagi siapa saja yang meminumnya atau pun mencuci wajahnya dengan air ini  maka  dengan  doa dan restu Allah ia akan selamat dari segala macam balak dan hidupnya akan aman dan damai, setelah Air Wafak acara dilanjutkan dengan doa serta zikir memuji keberasaran   Yang Maha Kuasa  dan sekaligus sebagai ungkapan rasa Syukur atas segala rahmat dan karunia Allah berupa rezeki dari Sumber daya alam  yang  melimpah di Desa Air Annyir dan dijadikan ladang  penghidupan ekonomi seperti timah dan emas serta hasil kebun lainnya , dan  yang terakhir adalah  masyarakat akan menarik ketupat balak yang mereka  bawa satu persatu ( satu ketupat ditarik dua orang) sambil menghadap kelaut dan ketupat yang sudah ditarik tadi akan dihanyutkan ketengah laut, dengan harapan seluruh  balak yang mengancam akan hanyut bersama dibawa air kelaut lepas. Setelah semua prosesi adat ini selesai dilakukan maka masyarakat tempo dulu akan menghabiskan waktu mereka bersantai  bersama keluarga dan kerabat mereka di pantai dengan cara yang sederhana , meski tanpa embel-embel panggung hiburan apalagi artis ibukota, tempo dulu salah satu snack  alias makanan ringan yang kudu ada adalah  berupa bertih beras atau yang kini biasa disebut Pop Corn, namun bukan dari jagung melainkan terbuat dari beras, dan  masyarakat tempo doelo akan mensajikannya kedalam sebuah  tampah atau nampan atau dulang yang terbjuat dari anyaman bamboo.

Masih mendengarkan cerita H.Muharam, dimana menurut dia,  sebenarnya tak ada perbedaan yang mencolok dalam pelaksanaan adat Ritual Rebokasan zaman dulu dengan yang sekarang ini, namun yang pasti kini masyarakat semakin pintar dan mengerti serta bisa membedakan mana yang boleh, dan mana yang sirik dan tidak boleh dilakukan,  kalaupun dulu  dilaksanakan  di pantai tapi sekarang dilaksanakan di Mesjid, namun  cirri khas adat rebokasan berupa Ketupat Tolak Bala, meski ada  yang ditarik di mesjid namun satu dan tetap kulit ketupat tersebut akan tetap dibawa kelaut dan dihanyutkan.

Sebagai sesepuh  dan tokoh masyarakat Desa Air Anyir, H.Muharam mengatakan kelurahan adat, etika, sopan santun dan adap ketimuran dan selaku orang Islam yang mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka  semuanya harus tetap dipertahankan  dan  tentu saja  keimanan dan ketaqwaanlah yang musti harus disuburkan, mengingat hidup di bumi ini hanyalah sebuah panggung ujian  untuk menyelesksi manusia apakah dia taat atau justeru ingkar, dan perjanjian Allah akan  membalas setiap perbuatan  baik dan buruk dengan Surga atau neraka. Semua itu tergantung pilihan manusia. Terbiasalah untuk selalu juga hidup dalam kesederhaan dan jangan berlebihan. Hal inilah yang  seharusnya  selalu ditanamkan oleh para orang tua kepada anak-anak sejak mereka kecil  dan kelak dewasa di harapkan mereka juga akan meniru serta menjadikan  kebaikan yang telah ditanam sebagai pedoman hidup. Karena  3 amal yang  tidak akan pernah putus pahalanya adalah amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yang  saling meratapi dalam kesabaran dan saling mengingatkan dalam kebenaran. Pesan H.Muharam untuk seluruh umat Muslim  di Air Annyir, dan di Bangka Belitung serta Indonesia seluruhnya, pesan ini menurut H.Muharam adalah sebagai ungkapan betapa meski kini sudah  nyaris sudah tak berdaya dan sekekar dulu, tapi  inilah cara saya  mencintai umat musilm sebagain bagian dari   lengkap sempurnanya iman selaku orang yang mengaku umat Muhammad dan  tiada Ilalh kecuali Allah Azawajala. (lya)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More