SUNGAILIAT - Dalam dunia pendidikan saat ini ditengarai telah ada kesenjangan dengan modus mengkotak-kotakkan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hal itu dikemukakan salah satu anggota DPRD Kabupaten Bangka, Kurtis SSi.
Salah satu indikatornya kata Kurtis adalah dengan membentuk Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang sedikit banyak telah mendiskriminasi kelompok siswa lainnya.
"Jelas dengan adanya program tersebut telah terjadi pengkotak-kotakan antara siswa yang satu dengan yang lain. Apalagi sampai seragam pun harus dibedakan, tentu dengan sistim demikian sangat memberatkan terutama bagi siswa yang orang tuanya yang tidak mampu," kata Kurtis.
Lanjut anggota dari Fraksi PKS itu, seharusnya hal semacam itu jangan sampai terjadi dalam dunia pendidikan. "Maka saya sangat tidak sepakat dengan adanya pengkotak-kotakan ini ini, apalagi sampai seragam harus menjadi dari bagian dunia pendidikan," sindir salah satu mantan pendidik itu.
Karena ujar Kurtis tidak semua orang tua siswa yang mampu, ya kalau orang tuanya mampu silakan, tapi bagi yang tidak mampu bagaimana tanya nya.
Dengan adanya program semacam ini telah membuat terjadinya diskriminasi dalam dunia pendidikan itu sendiri. Masih ujar Kurtis, dengan adanya pengkotak-kotakan apalagi adanya sistim sekolah standar internasional, standar nasional dan standar lainya, dari dulu program semacam itu kata dia kurang setuju karena seakan-akan dibandingkan dengan sekolah lainnya. Seakan sekolah yang dengan standar itu, mereka lebih bermutu dan bagus.
Dan tentu katanya sangat mempengaruhi perkembangan faktor psikologis antara anak yang satu dengan lain, karena sekan telah membuat sekolah sendiri membuat karakter diskriminasi dari awal.
Ditambahkan Kurtis lebih lanjut dalam upaya untuk memajukan dunia pendidikan, ya sah-sah saja adanya berbagai program apalagi untuk intelektual tertentu. Namun diharapkan kiranya dengan adanya program semacam itu jangan sampai mengkotak-kotakan antara siswa yang satu dengan lainnya sehingga, terwujud satu dunia pendidikan yang berkarakter tersebut.
"Jadi jangan membedakan satu dengan yang lainnya, terlebih sampai membedakan antara siswa yang orang tuanya mampu dan yang tidak mampu karena sekolah berstandar nasional atau internasional itu sendiri biaya besar. Ditambah dengan biaya-biaya lain yang di luar ketentuan misalnya untuk biaya praktek dan sebagainya, tentu demikian akan membuat kedodoran bagi orang tua siswa yang kurang mampu," katanya panjang lebar. (mg08)
0 komentar:
Posting Komentar