Rabu, 13 Juli 2011

Benarkah HIV Aids di Bangka 0%?

SUNGAILIAT – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangka menilai  HIV Aids Bangka 0%, hal ini berdasarkan sampel yang diambil secara dua tahun berturut-turut pada Lapas Bukit Semut Sungailiat.
    Kepala Dinkes Bangka melalui Sopianto, Pengelola Program HIV Aids mengatakan  epidemi HIV / AIDS ditentukan oleh prevalensi HIV di populasi umum, yang merupakan persentase penduduk yang hidup dengan HIV. Pada tahun ini Kabupaten Bangka memiliki prevalensi HIV Aids 0 persen dengan semikian bisa dikatakan rendah.
    Menurut Sopianto selain seks bebas, narkoba dengan pengguna jarum suntik (penasun) adalah orang yang berisiko terkena HIV Aids, mungkin saja para napi tidak ada yang menjadi penasun. Prevalensi HIV Aids,  diambil dari kelompok berisiko dan lapas adalah mewakili populasi berisiko. Dengan 0 persen di Lapas Bukit Semut, ini menandakan tidak ada sampel darah para napi yang positif HIV Aids.
    “Untuk saat ini kita hanya mengambil populasi berisiko dari lapas saja, sedangkan untuk kelompok berisiko lainnya belum bisa karena mengikuti kebijakan daerah. Kalau semua kelompok berisiko sudah kita ambil sampelnya, kemungkinan ada yang positif,” ungkap Sopianto.
    Dikatakannya, kendala lain adalah di Bangka belum ada LSM yang menaungi kelompok berisiko lainnya seperti waria, gay dan lainnya sehingga keberadaannya tidak kentara. Karena memang belum ada yang dapat memberikan advokasi bagi mereka, semisal LSM.
    “Ke depan, kita akan berupaya bagaimana agar mereka yang masuk kedalam kelompok berisiko atau bahkan yang sudah positif menderita agar tidak termarginalkan. Dengan memberikan cakupan dukungan pengobatan bagi yang sudah terinfeksi sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya,” pungkasnya.

    Untuk diketahui pada berita Radsul beberapa waktu lalu, Angka ODHA (Orang Dengan HIV Aids) di Kabupaten Bangka jumlahnya memang belum mengkhawatirkan, yang terdata ada sejumlah 17 orang. Tapi jangan salah, Kabupaten Bangka masuk kategori tertinggi kasus HIV Aids.
    Namun penyakit ini mempunyai skema gunung es, yang di dasar jauh lebih banyak dari yang ada di permukaan. Jumlah "Human Immunodeficiency Virus" (HIV) di Kabupaten Bangka sampai dengan akhir Mei 2011 mencapai 17 orang dengan kasus terbesar 90 persen heteroseksual (orientasi seksual beda jenis yang banyak terdapat di masyarakat dan dianggap normal dalam masyarakat) dan sisanya penularan melalui jarum suntik.
     "Dari kasus tersebut didominasi pada usia produktif antara 20 hingga 29 tahun dengan sebagian besar jenis kelamin pria," kata Petugas Pengelola Program HIV, Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, Sopian di Sungailiat, belum lama ini.
     Menurutnya, pada kasus HIV yang mendapat perawatan di rumah sakit, laporan yang diterima sampai dengan sekarang hanya kelompok heteroseksual dan penularan jarum suntik, untuk kelompok lainnya belum ditemukan.
     "Kasus HIV pada kelompok heteroseksual terdapat pula pasien yang sudah berkeluarga, kalau tidak cepat mendapat perawatan dan pembinaan dikhawatirkan akan menular kepada pasangannya," ujarnya.
     Ia mengatakan, dalam memberikan perawatan bagi pasien yang mengindap HIV, petugas kesehatan atau dokter dilarang untuk menyampaikan kepada publik identitas pasien termasuk namanya dan tempat tinggal.
     "Upaya ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan pasien agar tidak diketahui oleh masyarakat luas karena penyakit HIV stigmanya atau tingkat diskriminasi di masyarakat masih tinggi," katanya.
     Kabupaten Bangka kata dia, kalau dilihat dengan jumlah penduduk termasuk berada kasus HIV tertinggi, tetapi kalau dalam peringkat Nasional tahun ini berada di urutan 12 atau menurut angka HIV dibanding tahun sebelumnya yang berada di posisi delapan.
     "Kasus HIV yang terjadi karenakan masih rendahnya akses pelayanan serta perlu adanya peningkatan informasi bahaya penyakit yang mematikan," jelasnya.
     Untuk meningkatkan pelayanan serta menekan angka kasus HIV, lanjut Sopian, pihaknya telah mengirim dua kali petugas kesehatan klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) dan klinik konseling sukarela HIV untuk mendapat pelatihan tentang bagaimana melakukan pengobatan dan program penanggulangan HIV.
     "Saya memperkirakan sampai akhir tahun 2011, jumlah kasus HIV melebihi dari data yang ada sekarang, namun tidak bisa diprosentasekan kenaikannya," katanya.
      Ia mengatakan, secara medis pengobatan bagi pasien HIV adalah sejenis obat yang menahan masa hidupnya atau menahan penyebaran virus dalam tubuh.
     "Saya yakin para ilmuan tengah mempelajari untuk membuat obat yang dapat menuntaskan penyakit HIV," katanya.
      Menurutnya, kedepanya perlu lebih ditingkatkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk komisi penanggulangan HIV/AIDS termasuk dengan badan Narkotika agar kasus ini dapat ditekan mengingat 60 persen kasus HIV di Indonesia melalui penularan jarum suntik.
    AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
    Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
    AIDS diperkiraan telah menginfeksi 60 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 60 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. (cr02)


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More